Rabu, 11 Januari 2017

Tokoh - tokoh Tasawuf Di Indonesia



a.       Hamzah Al-Fansuri

Nama Hamzah fansuri di nusantara tidak asing lagi di kalangan ulama dan sarjana penyelidik keislaman. beliau adalah pengembang aliran widhatul wujud ibnu arabi.3 Berdasarkan kata fansur yang melekat pada namanya sebagian peneliti beranggapan bahwa ia berasal dari “fansur” sebutan kota Barus yang sekarang merupakan kota kecil di pantai sumatra antara sibolga (SUMUT) dan singkil (ACEH)
Pemikiran Al-fansuri tantang tasawuf bayak di pengaruhi ibn’Arabi dalam paham wahdah wujudnya. Di antara ajaran Al-fansuri yang lain berkaitan dengan hakikat wujud dan penciptaan, menurutnya wujud itu hanyalah satu walaupun kelihatan bayak. Dari wujud yang satu ini, ada yang merupakan kulit (madjhar. Kenyataan lahir ) dan ada berupa isi (kenyataan batin)[1]
Orang banyak menentang Al-fansuri karena paham alir an widhatul wujud, hulul dan ittihadnya, Salah satunya ialah nuruddin ar-raniry dalam buku ruba’i hamzah fansury. menurut yang dituduhkannya bahwa manusia sama dengan allah, Karenanya banyak orang mengecap beliau zindik, sesat, kafir dan sebagainya. dalam bidang tasawuf ia mengikuti tarekat qadiriyah. Pemikiran al-fansuri tentang tasawuf di pengaruhi oleh ibn Arabi dalam paham wahdatul wujudnya. Sebagai seorang sufi ia mengajarkan tasawuf bahwa tuhan lebih dekat dari pada leher manusia sendiri dan bahwa tuhan tidak bertempat sekalipun sering di katakan ia dimana-mana.

b.      Syamsudin Al-Sumatrani

Sejak lama Aceh telah dikenal sebagai satu-satunya daerah yang aksentuasi keislamannya paling menonjol. Selain menonjolnya warna keislaman dalam kehidupan sosio-kultur di sana, ternyata di Serambi Mekah ini pernah tersimpan pula sejumlah Sufi ternama semisal Samsuddin Sumatrani.

Syamsuddin Sumatrani adalah salah satu tokoh sufi terkemuka yang telah turut mengguratkan corak esoteris pada wajah Islam di Aceh. Sayangnya perjalanan hidup sang sufi ini sulit sekali untuk dirangkai secara utuh. Hal ini selain karena tidak ditemukannya catatan otobiografisnya, juga karena langkanya sumber-sumber akurat yang dapat dirujuk.

Pemikiran tasawufnya syamsuddin Al-Sumatrani membahas tentang martabat tujuh dan dua puluh sifat Tuhan. Konsep Martabat tujuh ini pertamakali di cetuskan oleh Muhammad ibn fadlullah al-Burhanpuri seorang ulama kelahiran india.[2]

Mengenai asal-usulnya, tidak diketahui secara pasti kapan dan di mana ia lahir. Perihal sebutan Sumatrani yang selalu diiringkan di belakang namanya, itu merupakan penisbahan dirinya kepada “negeri Sumatra” alias Samudra Pasai. Sebab memang di kepulauan Sumatra ini tempo doeloe pernah berdiri sebuah kerajaan yang cukup ternama, yakni Samudra Pasai. Itulah sebabnya ia juga adakalanya disebut Syamsuddin Pasai.

Menurut para sejarawan, penisbahan namanya dengan sebutan Sumatrani ataupun Pasai mengisyaratkan adanya dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, orang tuanya adalah orang Pasai (Sumatra). Dengan demikian maka bisa diduga bahwa ia sendiri dilahirkan dan dibesarkan di Pasai. Jika pun ia tidak lahir di Pasai, maka kemungkinan kedua bahwa sang ulama terkemuka pada zamannya ini telah lama bermukim di Pasai bahkan ia meninggal dan dikuburkan di sana.

Berbicara tentang peranan Sumatra sebagai pusat pengajaran dan pengembangan Islam, Negeri Pasai itu memang lebih dahulu terkemuka daripada Banda Aceh. Paling tidak Samudera Pasai lebih dulu terkemuka pada kisaran abad ke-14 dan 15 M, yakni sebelum akhirnya Pasai dikuasai oleh Portugis pada tahun 1514. Sementara beralihnya tampuk kekuasaan Negeri Pasai kepada Kerajaan Aceh Darussalam baru berlangsung pada tahun 1524.

c.       Nuruddin ar-Raniri
Nama lengkapnya nur al-din muhammad ibn ali ibn hasanji ibn muhammad al-raniry. Berasal dari gujarat India tahun kelahirannya sampi sekarang , belum dapat diketahui. Ia adalah syekh tarekat rifa’iyyah yang didirikan oleh ahmad rifa’i. Beliau juga di katakan penerus tasawuf sunni.6 (damanhuri basyr, ilmu taswuf, hal 210). Ia merantau ke aceh 31 mei 1637/6 muharram 1047 H. Pada masa kerajaansutan iskandar tsani, ia mengikuti jejak pamannya syekh muahammad jailani yang juga merantau.pada saat itu ia berada di aceh utk kedua kalinya, karena saat masa kerajaan sultan iskandar muda ia tak mendapatkan tempat  atau perhatian dari sultan yang berkuasa.
Pemikiran-pemikiran nuruddin ar-raniry yang di tunjukkan kepada tokoh dan penganut wujudiyah, maupun pemikirannya secara umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Pertama, tentang Tuhan, masalah ketuhanan bersipatt kompromis.7 (m. Solihin, melacak pemikiran tasawuf di nusantra, hal 57). Ia berupaya menyatukan paham mutakallimin dengan paham para sufi yang di wakii ibn arabi. Ia berpendapat bahwa wujud allah dan alam esa berarti bahwa alam merupakan sisi lahiriah dari hakikatnya yang batin, yaitu allah.namun ungkapan itu pda hakikatnya bahwa alam tidak ada yang ada hanyalah wujud allah.
Kedua, tentang alam. Menurutnya alam ini diciptakan allah melalui tajlli, ia menolakteori,faidh ( emanasi) al-farabi.
Ketiga, tentang manusia, merupakan makhluk yyang paling sempurna di dunia ini. Sebab manusia merupakan khalifah allah dibumi yang dijadikan sesai dengan citranya. Dan mazhur (tempat kenyataan asma dan sifat allahpaling lengkap dan menyeluruh)
Keempat, tentang wujudiyyah. Inti ajaran wujudiyyah  Berpusat pada wahdat al-wujud yang salah diartikan,kaum wujudiyyah, dengan arti kemanunggalan allah dengan alam. dapat membawa kekafiran. Ia berpandangan bawa jika benar than dan makhluk hakikatnya satu, maka jadilah makhluk itu addalah tuhan.
Kelima, tentang hubungn syarit dan hakikat. Pemisahan antara keduanya merupakan sesuatu yang tidak benar.
Selain itu ia juga menekankan kepada umat islam agar memahami secara benar akidah islamiyah.
d.      Abdul Rawf As – Singkil
Nama lengkap beliau adalah abdul rauf al-jwi alfansuri al-singkil.tahun kelahirannya tidak di ketahi pasti ada yang menyebutkan tahun kelahirannya 1024 H/1615 M.8 ( murodi, sejarah kebudayaan islam, hal 268). Ia menerima bai’at tarekat syathariyyah. Abdurrauf adalah ulama yang berupaya mendamaikanajaran martabat alam tujuh yang dikenal di aceh sebgai paham wahdatul wujud/wujudiyyah (pantheisme) dengan paham sunnah.

Pemikiran tasawuf as-singkili dapat dilihat antara lain pada persoalan merekonsiliasi antara taswuf dan syariat. Ajaran tasawufnya mirif dengan tasawuf hamzah fansuri dengan ar-raniry yaitu menganut paham satu-satunya wujud hakiki yakni allah. Sedangakan alam ciptaanya bukanwujud hakiki tetapi bayangan dari  hakiki. Menurutnya jelaslah alam berbeda dengan allah. Beliau juga mempunyai pemikiran tentang zikir, zikir menurut pandngannya usaha melepaskn diri dari lalai dan lupa.
e.       Abdus Samad Al – Palimbani

Syeikh Abdul Samad Al-Falembani dilahirkan pada 1116 H/1704 M, di Palembang. Tentang nama lengkap Syeikh Al-Falimbani, setakat yang tercatat dalam sejarah, ada tiga versi nama. Yang pertama, seperti yang diungkapkan dalam Ensiklopedia Islam, beliau bernama Abdus Samad Al-Jawi Al-Falembani. Versi kedua, merujuk pada sumber-sumber Melayu, sebagaimana ditulis oleh Azyumardi Azra dalam bukunya Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII (Mizan: 1994), ulama besar ini memiliki nama asli Abdul Samad bin Abdullah Al-Jawi Al-Falembani. Sementara versi terakhir, tulisan Rektor UIN Jakarta itu, bahawa apabila merujuk pada sumber-sumber Arab, nama lengkap Syeikh Al-Falembani ialah Sayyid Abdus Al-Samad bin Abdurrahman Al-Jawi. Daripada ketiga-tiga nama itu yang diyakini sebagai nama Abdul Samad, Azyumardi berpendapat bahawa nama terakhirlah yang disebut Syeikh Abdul Samad.
f.       Syaikh yusuf Al-Makasari\
Syaikh Yusuf mengungkapkan paradigma sufistiknya bertolak dari asumsi dasar bahwa ajaran islam meliputi dua aspek, yaitu: aspek lahir (syariat) dan aspek batin (hakikat). Syariat dan hakikat harus di pandang dan di amalkan sebagai satu kesatuan. Syaikh Yusuf menggaris bawahi bahwa peroses ini tidak akan mengambil bentuk kesatuan wujud antara manusia dan tuhan.[3]
g.       Muhammad Nafis Al – Banjari
Muhammad Nafis bin Idris bin Husein, demikianlah nama lengkapnya, ia lahir sekitar tahun 1148 H.11735 M., di kota Martapura, sekarang ibukota Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, dari keluarga bangsawan atau kesultanan Banjar yang garis silsilah dan keturunannya bersambung hingga Sultan Suriansyah (1527-1545 M.) Raja Banjar pertama yang memeluk agama Islam, yang dahulu bergelar Pangeran Samudera.


[1] Ibid., Ahmad Bagun Nasution,. Hlm,.65
[2] Ibid.,
[3] Ibid,. hlm,. 68

Tidak ada komentar:

Posting Komentar